History : MATARAM OF HINDU TO INDONESIA

Skema dari mataram hindu hingga indonesia


Apakah Anda mengenal Negara Indonesia? Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara. Negara lain di Asia Tenggara adalah Malaysia, Muangthai (Thailand), Singapura, Filipina, Vietnam, Kamboja, Birma (Myanmar), Laos, Brunei Darussalam dan Timor Leste. Negara Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa ini tidak lain sebenarnya berawal dari masa Kerajaan Mataram Hindu.

Sebelum dikuasai oleh Dinasti Sanjaya (Dinasti Hindu), Kerajaan Mataram Hindu dipimpin oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra (Dinasti Budha). Raja Samaratungga memiliki Putri yang bernama Pramodawardani. Selain memiliki putri, ia juga memiliki seorang putra yang bernama Balaputradewa dari selirnya yang berasal dari Kerajaan Melayu. Pada masa raja Samaratungga ini juga mulai dibangun sebuah candi besar yang dinamakan Candi Borobudur. Raja Samaratungga menikahkan putrinya dengan Rakai Pikatan yang beragama hindu (Dinasti Sanjaya). Pengganti Samaratungga adalah Rakai Pikatan. Walaupun ia beragama Hindu, tapi tetap melanjutkan pembangunan Candi Borobudur.

Pada masa Mataram dipimpin oleh Ratu Wawa, pusat kerajaan dipindahkan ke Jawa Timur atas usul Mpu Sindok yang tidak lain adalah suami dari Ratu Wawa. Mataram Hindu mengalami kehancuran pada masa Raja Dharmawangsa. Kehancuran ini disebabkan oleh serangan Raja Wurawari yang tidak senang terhadap pemerintahan Raja. Saat itu hanya Air Langga dan permaisurinya (Putri Dharmawangsa) yang dapat menyelamatkan diri. Dengan bantuan para pendeta, Air Langga berhasil merebut kembali kerajaan Mataram.
Pernikahan Air Langga dengan putri Dharmawangsa dikaruniai seorang putra yang bernama Sangramawijaya. Dari selirnya, ia memiliki 2 orang putra. Raja Air Langga memerintah Mataram dengan Aman, Adil dan damai. Pada suatu saat, Raja Air Langga yang telah tua, ingin menyerahkan kekuasaan kepada putranya yang bernama Sangramawijaya, tetapi putranya lebih memilih menjadi petapa (pendeta). Hal ini menyulitkan Raja Samaratungga menunjuk siapa yang akan menjadi penggantinya. Kesulitan ini dijawab oleh Mpu Barada yang membagi Mataram menjadi dua yakni Jenggala dan Kediri. Walaupun kedua kerajaan ini bersaudara, tetapi keduanya saling bermusuhan yang pada akhirnya, Kerajaan Kediri yang menjadi pemenang.

Pada masa Kerajaan Kediri dipimpin oleh Kertajaya, ia ingin agar para pendeta menyembahnya sebagai Dewa. Hal ini tidak diterima oleh para pendeta. Pada saat yang hampir bersamaan, Ken Angrok (baca: Arok) telah menjadi Adipati Tumapel setelah sebelumnya membunuh Adipati Tumapel yang bernama Tunggul Ametung. Para pendeta yang tidak terima dengan permintaan Raja Kertajaya meminta bantuan Ken Angrok, dengan bantuan Ken Angrok maka terjadilah peperangan antara Raja Kertajaya dengan Ken Angrok dan para pendeta. Raja Kertajaya berhasil dibunuh oleh Ken Angrok di Desa Ganter sekitar tahun 1222. Setelah terbunuhnya Kertajaya, Ken Angrok mendirikan Kerajaan baru yakni Singhasari sedangkan Kediri tetap ada namun statusnya sebagai bawahan Singhasari..

Raja terakhir Kerajaan Singhasari adalah Kertanegara. Kertanegara adalah Raja yang kuat dan berani namun sangat bijaksana. Ia bahkan tidak mau tunduk di bawah Kaisar Mongol yang bernama Kubhilai Khan. Namun ia juga gemar melakukan persahabatan dengan negeri tetangga misalnya dengan Kerajaan Melayu. Raja Kertanegara dibunuh oleh Raja Jayakatwang dari Kediri. Sedangkan menantunya yang bernama Raden Wijaya bersama para pengikutnya berhasil melarikan diri ke Madura untuk meminta perlindungan kepada Arya Wiraraja yang juga adalah pamannya. Arya Wiraraja salah satu kepercayaan Raja Jayakatwang.
Arya Wiraraja meminta agar Raden Wijaya bersama pengikutnya untuk mengabdi kepada Jayakatwang. Atas permintaan ini, Jayakatwang memberikan ‘hutan tarik’ kepada Raden Wijaya dengan catatan tidak akan memperkuat diri dan tidak memberontak kepada Kediri. Akan tetapi, ‘hutan tarik’ yang sebelumnya merupakan hutan belantara berubah menjadi daerah yang kuat yang diberi nama Majapahit, dan pada akhirnya Raden Wijaya dengan bantuan tentara Mongol berhasil mengalahkan Jayakatwang dan menjadi Raja Pertama Majapahit. Pengganti Raden Wijaya adalah Jayanegara, kemudian digantikan oleh Rajapatni lalu Hayam Wuruk sampai pada raja Brawijaya (Raja Brawijaya ini adalah Ayah dari Raden Patah).
Pada Pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang dibantu oleh Mahapatih (Panglima) Gajahmada, Majapahit mengalami puncak keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit hampir mencapai seluruh Asia Tenggara hingga sebagian Australia. Pada masa ini juga telah ditulis beberapa kitab misalnya kitab Sutasoma dan kitab Negarakertagama. Dalam kitab tersebut terdapat istilah Pancasila (Lima Asas) dan Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-berbeda tetapi tetap satu). Pancasila saat ini dijadikan sebagai Dasar Negara Indonesia sedangkan Bhinneka Tunggal Ika dijadikan sebagai semboyan bangsa Indonesia yang tertulis dalam kali burung garuda sebagai lambang Negara.

Raja Brawijaya pernah menikah dengan putri Campa (Campa Sekarang Negara Kamboja) dan memiliki putra yang bernama Raden Patah. Namun putranya ini telah memeluk agama Islam sebab ibunya beragama Islam dan murid Raden Rahmat (Sunan Ampel). Pengganti Brawijaya adalah raja-raja yang lemah dan sering terjadi perang saudara. Pemberontakan yang hebat adalah pemberontakan Bre Wirabumi yang dikenal dengan perang Paregreg. Karena Majapahit sudah lemah akibat perang saudara, maka Raden Patah mendirikan kerajaan baru yang diberi nama Demak yang bergelar Sultan. Pengganti Raden Patah adalah putranya yang bernama Adipati Unus yang dijuluki Pangeran Sabrang Lor namun ia hanya memerintah selama 3 tahun dan selanjutnya digantikan oleh Raden Trenggono atau lebih dikenal dengan nama Sultan Trenggono.
Kerajaan Demak mengalami kemunduran setelah wafatnya Sultan Trenggono sebab sering terjadi perang saudara. Hampir semua keluarga raja dibinasakan oleh Arya Panangsang termasuk Sunan Prawoto sang putra mahkota saat itu. Arya Panangsang juga akhirnya dibunuh. Pengganti Sultan Trenggono adalah Jaka Tingkir tetapi pusat kerajaan dipindahkan ke Pajang sebab sebelumnya dia adalah Adipati Pajang. Setelah menjadi Sultan Pajang, Jaka Tingkir digelari Sultan Adiwijaya. Jaka Tingkir adalah putra Ki Ageng Pengging atau lebih dikenal dengan nama Kebo Kenanga. Kebo Kenanga ini adalah murid Syeh Siti Jenar.

Kerajaan Pajang juga tidak bertahan lama setelah wafatnya Jaka Tingkir. Kerajaan Pajang akhirnya dipindahkan ke Mataram (dikenal dengan nama Mataram Islam) oleh Panembahan Senopati atau Sutawijaya. Panembahan Senopati adalah Putra Ki Ageng Pamanahan dan sekaligus sebagai Anak Angkat Sultan Adiwijaya. Ki Ageng Pamanahan sebelumnya telah bersumpah kepada Sultan Adiwijaya bahwa dia tidak akan memberontak kepada Pajang. Perlu diketahui bahwa sebelumnya Sultan Adiwijaya mengadakan Sayembara bahwa siapa yang bisa membunuh Arya Panangsang akan diberi wilayah Pati dan Mataram (mataram ini adalah berupa hutan bekas Kerajaan Mataram Hindu). Yang mengikuti sayembara itu adalah Ki Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan yang keduanya adalah Cucu Ki Ageng Selo. Ki Ageng Selo ini adalah guru Sultan Adiwijaya. Selain berguru kepada Ki Ageng Selo, Sultan Adiwijaya (Jaka Tingkir) juga berguru kepada Sunan Kalijaga yang juga guru Ki Ageng Selo.

Arya Panangsang berhasil dibunuh dengan tombak Kiay Plered oleh Sutawijaya putra Ki Ageng Pamanahan saat perang penangkapan Arya Panangsang yang dipimpin oleh Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi. Raja Mataram yang terkenal adalah Sultan Agung Anyokrokusumo. Dalam perkembangan kerajaan Mataram Islam, juga diiringi perkembangan kerajaan islam lain di Jawa misalnya Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Banten.

Setelah Sultan Agung Wafat, pengganti-penggantinya tidak sekuat Sultan Agung, yang pada akhirnya Mataram dibagi menjadi dua bagian yakni Surakarta yang diberikan kepada Mangkunegara dan Yogyakarta yang diberikan kepada Pangeran Mangkubumi.

Kedatangan bangsa Eropa yakni Portugis ke Samudra Pasai kemudian ke Maluku yang bersamaan dengan bangsa Spanyol yang tujuan sebelumnya untuk berdagang lambat laun berubah menjadi penjajah.
Belanda datang di Indonesia sekitar tahun 1596 yang dipimpin oleh Cornelis de Houtmann yang pada akhirnya Belanda hadir juga sebagai penjajah mulai dari Sabang sampai Merauke. Setelah Belanda kemudian digantikan oleh Bangsa Inggris akan tetapi diambil alih kembali oleh Belanda sampai tahun 1942. Perlu dicatat bahwa, sebelum tahun 1942 telah lahir beberapa Organisasi di Jawa, Sumatra, Celebes, Borneo dan Ambon. Bahkan pada tahun 1928 lahirlah Sumpah Pemuda yang menyebutkan lahirnya Bangsa Indonesia yang meliputi Jawa, Sumatra, Celebes, Maluku, Sunda Kecil, Timor dan Papua Barat yang berada dalam wilayah jajahan Belanda (Pemerintah Hindia Belanda).

Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada tentara sekutu. Hal ini membuat para pemimpin Indonesia merumuskan kemerdekaan, dan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kemerdekaan Indonesia berhasil diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Sukarno dan Drs. Muhamad Hatta atas nama bangsa Indonesia. Proklamasi ini didukung oleh seluruh Rakyat, bahkan kerajaan-kerajaan di Indonesia langsung menyatakan diri sebagai Bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk Sultan Hamengkubuwono IX yang menjadi Sultan Yogyakarta juga menyatakan sebagai bagian dari Indonesia walaupun dihasut oleh Belanda.

Melihat wilayah Indonesia yakni dari Sumatra, Jawa, Borneo, Celebes, Maluku, Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara), Papua Barat dan Timor Barat, sebenarnya hanya mengambil sebagian kecil dari wilayah Kerajaan Majapahit. Wilayah Majapahit meliputi hampir seluruh Asia Tenggara dan Australia kecuali Bali dan Pajajaran tidak pernah takluk kepada Majapahit walaupun Pajajaran sebelumnya pernah ditaklukkan oleh Maulana Hasanudin yang menjadi Sultan Banten (putra Sunan Gunung Jati). Namun perlu dicatat bahwa semboyan bangsa Indonesia saat ini adalah Bhinneka Tunggal Ika yang telah ada pada masa Majapahit, selain itu Dasar Negara Indonesia yakni Pancasila, telah menjadi asas kehidupan pada masa Majapahit. Majapahit sendiri awalnya dari Singhasari, Singhasari berawal dari Kediri dan Panjalu, Kediri dan Panjalu berawal dari Mataram Hindu di Jawa Timur yang sebelumnya di Jawa tengah yang bermula dari Dinasti Syailendra. Jadi, kalau kita melihat Sejarah, sebenarnya Indonesia telah mengalami beberapa metamorfosis dari sekian banyak kerajaan hingga saat ini menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang wilayahnya mulai dari Sabang sampai Merauke (Barat-Timur), dari Miangas sampai Pulau Rote (Utara-Selatan).

This entry was posted on Kamis, 06 Desember 2012. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply

@yudhaKaa. Diberdayakan oleh Blogger.