Orang pemerdeka bangsa yang terlupa kan
Siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu? Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.
Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab –walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak –keduanya sekarang di Negeri Belanda.
Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.
Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran. Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA. Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar – karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.
Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat di marah. Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara.
Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66 Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak. Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
Turiman SH M.Hum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak yang mengangkat sejarah hukum lambang negara RI sebagai tesis demi meraih gelar Magister Hukum di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa hasil penelitiannya tersebut bisa membuktikan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang lambang negara. “Satu tahun yang melelahkan untuk mengumpulkan semua data. Dari tahun 1998-1999,” akunya. Yayasan Idayu Jakarta, Yayasan Masagung Jakarta, Badan Arsip Nasional, Pusat Sejarah ABRI dan tidak ketinggalan Keluarga Istana Kadariah Pontianak, merupakan tempat-tempat yang paling sering disinggahinya untuk mengumpulkan bahan penulisan tesis yang diberi judul Sejarah Hukum Lambang Negara RI (Suatu Analisis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara dalam Peraturan Perundang-undangan). Di hadapan dewan penguji, Prof Dr M Dimyati Hartono SH dan Prof Dr H Azhary SH dia berhasil mempertahankan tesisnya itu pada hari Rabu 11 Agustus 1999. “Secara hukum, saya bisa membuktikan. Mulai dari sketsa awal hingga sketsa akhir. Garuda Pancasila adalah rancangan Sultan Hamid II,” katanya pasti. Besar harapan masyarakat Kal-Bar dan bangsa Indonesia kepada Presiden RI SBY untuk memperjuangkan karya anak bangsa tersebut, demi pengakuan sejarah, sebagaimana janji beliau ketika berkunjung ke Kal-Bar dihadapan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan anggota DPRD Provinsi Kal-Bar.
Sumber: selokartojaya.blogspot.com
Mau? Aplikasi terbaik buat android kamu?
- Zagat
Salah Satu deretan Aplikasi Android Terbaik Bulan ini adalah Aplikasi Android untuk memberikan informasi restoran terbaik di dunia saat ini. Aplikasi Android Terbaik ini sangat cocok untuk doirders yang hobi traveling dan kuliner. Dari Aplikasi ini kamu bisa melihat lebih dari 30,000 restoran terbaik di dunia, dengan daftar peringkat dan ulasan mengenai restoran tersebut. Droiders juga dapat menemukan restoran yang paling cocok dengan karakter, selera bahkan harga yang sesuai dengan kantong kita. Dengan Aplikasi Android Terbaik ini droiders dapat membooking tempat di resto yang sudah cocok dengan droiders
Link : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.google.zagat
Price : Free
- Angry Birds Rio
Varian dari game popular tahun 2010, dengan metode gameplay semirip, namun dengan suasana dan kondisi yang sama sekali berbeda. Namun, tokoh utama di game ini tetap sekelompok burung.
Developer/Publisher : Rovio Mobile Ltd
Size : 13 Mb
Link : market.android.com/details?id=com.rovio.angrybirdsrio&
feature=search_result
Price : Gratis
-Handcent SMS
Sebuah layanan SMS yang menyajikan tampilan bak chatting.
Developer/Publisher : Handcent Admin
Size : 2 Mb
Link : market.android.com/details?id=com.handcent.nextsms&
feature=search_result
Price : Gratis
-App 2 SD
Sebuah aplikasi yang mempu menjadi media transfer aplikasi yang telah kita download via market, cukup berguna bagi Anda yang kerap gonta ganti handset ponsel atau melakukan upgrading platform.
Developer/Publisher : Sam Lu
Size : 225 Kb
Link : market.android.com/details?id=com.a0soft.gphone.app2sd&
feature=search_result
Price : Gratis
SUMBER
History : MATARAM OF HINDU TO INDONESIA
Skema dari mataram hindu hingga indonesia
Apakah Anda mengenal Negara Indonesia? Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara. Negara lain di Asia Tenggara adalah Malaysia, Muangthai (Thailand), Singapura, Filipina, Vietnam, Kamboja, Birma (Myanmar), Laos, Brunei Darussalam dan Timor Leste. Negara Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa ini tidak lain sebenarnya berawal dari masa Kerajaan Mataram Hindu.
Sebelum dikuasai oleh Dinasti Sanjaya (Dinasti Hindu), Kerajaan Mataram Hindu dipimpin oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra (Dinasti Budha). Raja Samaratungga memiliki Putri yang bernama Pramodawardani. Selain memiliki putri, ia juga memiliki seorang putra yang bernama Balaputradewa dari selirnya yang berasal dari Kerajaan Melayu. Pada masa raja Samaratungga ini juga mulai dibangun sebuah candi besar yang dinamakan Candi Borobudur. Raja Samaratungga menikahkan putrinya dengan Rakai Pikatan yang beragama hindu (Dinasti Sanjaya). Pengganti Samaratungga adalah Rakai Pikatan. Walaupun ia beragama Hindu, tapi tetap melanjutkan pembangunan Candi Borobudur.
Pada masa Mataram dipimpin oleh Ratu Wawa, pusat kerajaan dipindahkan ke Jawa Timur atas usul Mpu Sindok yang tidak lain adalah suami dari Ratu Wawa. Mataram Hindu mengalami kehancuran pada masa Raja Dharmawangsa. Kehancuran ini disebabkan oleh serangan Raja Wurawari yang tidak senang terhadap pemerintahan Raja. Saat itu hanya Air Langga dan permaisurinya (Putri Dharmawangsa) yang dapat menyelamatkan diri. Dengan bantuan para pendeta, Air Langga berhasil merebut kembali kerajaan Mataram.
Pernikahan Air Langga dengan putri Dharmawangsa dikaruniai seorang putra yang bernama Sangramawijaya. Dari selirnya, ia memiliki 2 orang putra. Raja Air Langga memerintah Mataram dengan Aman, Adil dan damai. Pada suatu saat, Raja Air Langga yang telah tua, ingin menyerahkan kekuasaan kepada putranya yang bernama Sangramawijaya, tetapi putranya lebih memilih menjadi petapa (pendeta). Hal ini menyulitkan Raja Samaratungga menunjuk siapa yang akan menjadi penggantinya. Kesulitan ini dijawab oleh Mpu Barada yang membagi Mataram menjadi dua yakni Jenggala dan Kediri. Walaupun kedua kerajaan ini bersaudara, tetapi keduanya saling bermusuhan yang pada akhirnya, Kerajaan Kediri yang menjadi pemenang.
Pada masa Kerajaan Kediri dipimpin oleh Kertajaya, ia ingin agar para pendeta menyembahnya sebagai Dewa. Hal ini tidak diterima oleh para pendeta. Pada saat yang hampir bersamaan, Ken Angrok (baca: Arok) telah menjadi Adipati Tumapel setelah sebelumnya membunuh Adipati Tumapel yang bernama Tunggul Ametung. Para pendeta yang tidak terima dengan permintaan Raja Kertajaya meminta bantuan Ken Angrok, dengan bantuan Ken Angrok maka terjadilah peperangan antara Raja Kertajaya dengan Ken Angrok dan para pendeta. Raja Kertajaya berhasil dibunuh oleh Ken Angrok di Desa Ganter sekitar tahun 1222. Setelah terbunuhnya Kertajaya, Ken Angrok mendirikan Kerajaan baru yakni Singhasari sedangkan Kediri tetap ada namun statusnya sebagai bawahan Singhasari..
Raja terakhir Kerajaan Singhasari adalah Kertanegara. Kertanegara adalah Raja yang kuat dan berani namun sangat bijaksana. Ia bahkan tidak mau tunduk di bawah Kaisar Mongol yang bernama Kubhilai Khan. Namun ia juga gemar melakukan persahabatan dengan negeri tetangga misalnya dengan Kerajaan Melayu. Raja Kertanegara dibunuh oleh Raja Jayakatwang dari Kediri. Sedangkan menantunya yang bernama Raden Wijaya bersama para pengikutnya berhasil melarikan diri ke Madura untuk meminta perlindungan kepada Arya Wiraraja yang juga adalah pamannya. Arya Wiraraja salah satu kepercayaan Raja Jayakatwang.
Arya Wiraraja meminta agar Raden Wijaya bersama pengikutnya untuk mengabdi kepada Jayakatwang. Atas permintaan ini, Jayakatwang memberikan ‘hutan tarik’ kepada Raden Wijaya dengan catatan tidak akan memperkuat diri dan tidak memberontak kepada Kediri. Akan tetapi, ‘hutan tarik’ yang sebelumnya merupakan hutan belantara berubah menjadi daerah yang kuat yang diberi nama Majapahit, dan pada akhirnya Raden Wijaya dengan bantuan tentara Mongol berhasil mengalahkan Jayakatwang dan menjadi Raja Pertama Majapahit. Pengganti Raden Wijaya adalah Jayanegara, kemudian digantikan oleh Rajapatni lalu Hayam Wuruk sampai pada raja Brawijaya (Raja Brawijaya ini adalah Ayah dari Raden Patah).
Pada Pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang dibantu oleh Mahapatih (Panglima) Gajahmada, Majapahit mengalami puncak keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit hampir mencapai seluruh Asia Tenggara hingga sebagian Australia. Pada masa ini juga telah ditulis beberapa kitab misalnya kitab Sutasoma dan kitab Negarakertagama. Dalam kitab tersebut terdapat istilah Pancasila (Lima Asas) dan Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-berbeda tetapi tetap satu). Pancasila saat ini dijadikan sebagai Dasar Negara Indonesia sedangkan Bhinneka Tunggal Ika dijadikan sebagai semboyan bangsa Indonesia yang tertulis dalam kali burung garuda sebagai lambang Negara.
Raja Brawijaya pernah menikah dengan putri Campa (Campa Sekarang Negara Kamboja) dan memiliki putra yang bernama Raden Patah. Namun putranya ini telah memeluk agama Islam sebab ibunya beragama Islam dan murid Raden Rahmat (Sunan Ampel). Pengganti Brawijaya adalah raja-raja yang lemah dan sering terjadi perang saudara. Pemberontakan yang hebat adalah pemberontakan Bre Wirabumi yang dikenal dengan perang Paregreg. Karena Majapahit sudah lemah akibat perang saudara, maka Raden Patah mendirikan kerajaan baru yang diberi nama Demak yang bergelar Sultan. Pengganti Raden Patah adalah putranya yang bernama Adipati Unus yang dijuluki Pangeran Sabrang Lor namun ia hanya memerintah selama 3 tahun dan selanjutnya digantikan oleh Raden Trenggono atau lebih dikenal dengan nama Sultan Trenggono.
Kerajaan Demak mengalami kemunduran setelah wafatnya Sultan Trenggono sebab sering terjadi perang saudara. Hampir semua keluarga raja dibinasakan oleh Arya Panangsang termasuk Sunan Prawoto sang putra mahkota saat itu. Arya Panangsang juga akhirnya dibunuh. Pengganti Sultan Trenggono adalah Jaka Tingkir tetapi pusat kerajaan dipindahkan ke Pajang sebab sebelumnya dia adalah Adipati Pajang. Setelah menjadi Sultan Pajang, Jaka Tingkir digelari Sultan Adiwijaya. Jaka Tingkir adalah putra Ki Ageng Pengging atau lebih dikenal dengan nama Kebo Kenanga. Kebo Kenanga ini adalah murid Syeh Siti Jenar.
Kerajaan Pajang juga tidak bertahan lama setelah wafatnya Jaka Tingkir. Kerajaan Pajang akhirnya dipindahkan ke Mataram (dikenal dengan nama Mataram Islam) oleh Panembahan Senopati atau Sutawijaya. Panembahan Senopati adalah Putra Ki Ageng Pamanahan dan sekaligus sebagai Anak Angkat Sultan Adiwijaya. Ki Ageng Pamanahan sebelumnya telah bersumpah kepada Sultan Adiwijaya bahwa dia tidak akan memberontak kepada Pajang. Perlu diketahui bahwa sebelumnya Sultan Adiwijaya mengadakan Sayembara bahwa siapa yang bisa membunuh Arya Panangsang akan diberi wilayah Pati dan Mataram (mataram ini adalah berupa hutan bekas Kerajaan Mataram Hindu). Yang mengikuti sayembara itu adalah Ki Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan yang keduanya adalah Cucu Ki Ageng Selo. Ki Ageng Selo ini adalah guru Sultan Adiwijaya. Selain berguru kepada Ki Ageng Selo, Sultan Adiwijaya (Jaka Tingkir) juga berguru kepada Sunan Kalijaga yang juga guru Ki Ageng Selo.
Arya Panangsang berhasil dibunuh dengan tombak Kiay Plered oleh Sutawijaya putra Ki Ageng Pamanahan saat perang penangkapan Arya Panangsang yang dipimpin oleh Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi. Raja Mataram yang terkenal adalah Sultan Agung Anyokrokusumo. Dalam perkembangan kerajaan Mataram Islam, juga diiringi perkembangan kerajaan islam lain di Jawa misalnya Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Banten.
Setelah Sultan Agung Wafat, pengganti-penggantinya tidak sekuat Sultan Agung, yang pada akhirnya Mataram dibagi menjadi dua bagian yakni Surakarta yang diberikan kepada Mangkunegara dan Yogyakarta yang diberikan kepada Pangeran Mangkubumi.
Kedatangan bangsa Eropa yakni Portugis ke Samudra Pasai kemudian ke Maluku yang bersamaan dengan bangsa Spanyol yang tujuan sebelumnya untuk berdagang lambat laun berubah menjadi penjajah.
Belanda datang di Indonesia sekitar tahun 1596 yang dipimpin oleh Cornelis de Houtmann yang pada akhirnya Belanda hadir juga sebagai penjajah mulai dari Sabang sampai Merauke. Setelah Belanda kemudian digantikan oleh Bangsa Inggris akan tetapi diambil alih kembali oleh Belanda sampai tahun 1942. Perlu dicatat bahwa, sebelum tahun 1942 telah lahir beberapa Organisasi di Jawa, Sumatra, Celebes, Borneo dan Ambon. Bahkan pada tahun 1928 lahirlah Sumpah Pemuda yang menyebutkan lahirnya Bangsa Indonesia yang meliputi Jawa, Sumatra, Celebes, Maluku, Sunda Kecil, Timor dan Papua Barat yang berada dalam wilayah jajahan Belanda (Pemerintah Hindia Belanda).
Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada tentara sekutu. Hal ini membuat para pemimpin Indonesia merumuskan kemerdekaan, dan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kemerdekaan Indonesia berhasil diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Sukarno dan Drs. Muhamad Hatta atas nama bangsa Indonesia. Proklamasi ini didukung oleh seluruh Rakyat, bahkan kerajaan-kerajaan di Indonesia langsung menyatakan diri sebagai Bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk Sultan Hamengkubuwono IX yang menjadi Sultan Yogyakarta juga menyatakan sebagai bagian dari Indonesia walaupun dihasut oleh Belanda.
Melihat wilayah Indonesia yakni dari Sumatra, Jawa, Borneo, Celebes, Maluku, Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara), Papua Barat dan Timor Barat, sebenarnya hanya mengambil sebagian kecil dari wilayah Kerajaan Majapahit. Wilayah Majapahit meliputi hampir seluruh Asia Tenggara dan Australia kecuali Bali dan Pajajaran tidak pernah takluk kepada Majapahit walaupun Pajajaran sebelumnya pernah ditaklukkan oleh Maulana Hasanudin yang menjadi Sultan Banten (putra Sunan Gunung Jati). Namun perlu dicatat bahwa semboyan bangsa Indonesia saat ini adalah Bhinneka Tunggal Ika yang telah ada pada masa Majapahit, selain itu Dasar Negara Indonesia yakni Pancasila, telah menjadi asas kehidupan pada masa Majapahit. Majapahit sendiri awalnya dari Singhasari, Singhasari berawal dari Kediri dan Panjalu, Kediri dan Panjalu berawal dari Mataram Hindu di Jawa Timur yang sebelumnya di Jawa tengah yang bermula dari Dinasti Syailendra. Jadi, kalau kita melihat Sejarah, sebenarnya Indonesia telah mengalami beberapa metamorfosis dari sekian banyak kerajaan hingga saat ini menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang wilayahnya mulai dari Sabang sampai Merauke (Barat-Timur), dari Miangas sampai Pulau Rote (Utara-Selatan).
Kami Senang Duka Bersama
Tempat paling berkenang
Kami belajar dari kegagalan, kami meraih ceita-cita berawal dari mimpi.
Semua jadi satu saat kita bersama dalam satu tujuan
Kita terobos ruang dan waktu menjalani kerasnya hidup
Jauh dari orang tua, jauh dari teman dekat
Namun, kegundahan sirna seakan kalian ada
Disini ! Tempat kita di didik, dibesarkan
Menjadi orang yang bisa jadi imam bagi keluar, sodara, umat kelak :)
@yudhaKaa. Diberdayakan oleh Blogger.